Perlunya Pembelajaran Politik Bagi Kaum Milenial dan Generasi Z
GarudaNusantaraSatu.Web.Id,Ternate
Jumlah Daftar Pemilih Tetap pada pemilu tahun 2024 kurang lebih 204 juta jiwa dan sekitar 103 juta atau 56 persennya adalah pemilih kaum Milenial dan Generasi Z.Hal ini dikatakan ketua Dewan Perwakilan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan (DPW PPP) Provinsi Maluku Utara, Mubin A. Wahid saat membuka sekaligus narasumber kegiatan dialog interaktif “Pendidikan Politik Bagi Kaum Milenial & Generasi Z ya g dilaksanakan oleh Gerakan Pemuda Ka’bah Maluku Utara (GPK Malut) di Benteng Orange. (25/08/2023)
Mubin yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Maluku Utara (DPRD Malut) ini mengatakan 56 persen itu terdiri dari kaum Milenial sebanyak 66 juta lebih atau 33.46 persen sedangkan untuk generasi Z sekitar 46 juta lebih atau 22 persen lebih.
” Mereka ini sangat penting dan perlu diberikan pembelajaran politik agar paham dan mengerti sehingga dapat memberikan suaranya kepada calon -calon legislatif (caleg) yang di percayai dan dapat menerima aspirasi serta menindak lanjuti aspirasi tersebut di saat terpilih nantinya,”ujarnya.
Wakil ketua 1 DPRD Kota Ternate menjelaskan kaum Milenial ini kelahiran sekitar tahun 1980 sampai 1994 sedangkan untuk generasi Z ini kelahirannya sekitar tahun 1995 sampai tahun 2000an yang saat ini mendominasi dalam DPT pada pemilu 2024 mendatang.
” Generasi ini lahir saat teknologi dengan dunia digital yang maju pesat . Sehingga begitu majunya teknologi dan pesat media sosial seperti whats App, Instagram dan lainnya,maka kemungkinan kehidupan mereka senang dengan hidup sendiri dan berpikir diri sendiri dan para pengamat berpendapat bahwa kaum Milenial dan Generasi Z ini sehingga lingkungan mereka sudah tidak peduli lagi,” jelas Mubin.
Terang dia, kalau mereka tidak di jamak atau di sentuh oleh kita semua maka tentunya ini akan merugikan bangsa. Jika saja kalau 113 juta dari 50 persennya tidak menggunakan hak suaranya atau pilihnya pada tahun 2024 maka kualitas Politik dan demokrasi bangsa kita ini akan buruk.
” Apalagi imej atau mind set yang terbangun saat ini dipikiran sebagian masyarakat menganggap politik itu adalah suatu hal yang buruk.Sebagai contoh ketika ada pemilihan baik itu kepala daerah maupun legislatif dan presiden kadangkala norma dan etika pada masyarakat sudah hilang dengan politik uang merajalela dimana -mana bahkan menjadi barometer dan jika ini dibiarkan terus-menerus dalam pikiran anak muda kita maka Politik dan demokrasi akan turun,” akunya.
Tambah Mubin, bahwa aktivitas kehidupan kita sehari-hari itu adalah kehidupan politik,karena berbagai pengertian dan definisi tentang politik namun isensinya politik adalah berupaya bagaimana kehidupan masyarakat itu akan lebih baik dan maju.
” Oleh karena itu salah satu tugas utama kita bagaimana menyentuh kaum Milenial dan Generasi Z ini jangan sampai terbingkai dengan kehidupan sendirinya yang tidak peduli dengan lingkungan bahkan negaranya sehingga menganggap politik itu jelek dan mereka tinggalkan,’ungkapnya.
Lanjutnya,kita berikan kontestasi politik bukan sekedar memberi suara pada pemilu 2024, tetapi mereka dapat maju dan bertarung serta mengajak masyarakat untuk memberikan suaranya pada pemilu mendatang.
” Oleh karena itu solusinya adalah kita harus terus-menerus melakukan pendidikan politik kepada kaum Milenial maupun generasi Z dengan pola-pola efektif dan Alhamdulillah, GPK Malut perdana telah melakukan dialog interaktif tentang pendidikan politik bagi kaum Milenial dan Generasi Z ini,” tutupnya.(Arief)